Senin, 04 Mei 2015

ILMU BUDAYA DASAR MANUSIA DAN KEADILAN DISTRIBUTIF (teori)

MANUSIA DAN KEADILAN


MANUSIA DAN KEADILAN
  Pengertian Keadilan, Keadilan menurut Aristoteles adalah kelayakan dalam tindakan manusia. Kelayakan diartikan sebagai titik tengah antara kedua ujung ekstrem yang terlalu banyak dan terlalu sedikit. Kedua ujung ekstrem ini menyangkut dua orang atau benda. Bila kedua orang tersebut mempunyai kesamaan dalam ukuran yang telah ditetapkan, maka masing-masing orang harus memperoleh benda atau hasil yang sama, kalau tidak sama, maka masing – masing orang akan menerima bagian yang tidak sama, sedangkan pelangggaran terjadap proporsi tersebut disebut tidak adil.
  Keadilan oleh Plato diproyeksikan pada diri manusia sehingga yang dikatakan adil adalah orang yang mengendalikan diri dan perasaannya dikendalikan oleh akal. Socrates memproyeksikan keadilan pada pemerintahan. Menurut Socrates, keadilan akan tercipta bilamana warga Negara sudah merasakan bahwa pemerintah sudah melakukan tugasnya dengan baik. Mengapa diproyeksikan kepada pemerintah ? sebab pemerintah adalah pimpinan pokok yang menentukan dinamika masyarakat. Kong Hu Cu berpendapat bahwa keadilan terjadi apabila anak sebagai anak, bila ayah sebagai ayah, bila raja sebagai raja, masing-masing telah melaksanakan kewajibannya. Pendapat ini terbatas pada nilai-nilai tertentu yang sudah diyakini atau disepakati.
  Menurut pendapat yang lebih umum dikatakan bahwa keadilan itu adalah pengakuan dan pelakuan yang seimbang antara hak-hak dan kewajiban. Keadilan terletak pada keharmonisan menuntut hak dan menjalankan kewajiban. Atau dengan kata lain, keadilan adalah keadaan bila setiap orang memperoleh apa yang menjadi hak nya dan setiap orang memperoleh bagian yang sama dari kekayaan bersama.
PENGERTIAN KEADILAN
  Keadilan memberikan kebenaran, ketegasan dan suatu jalan tengah dari berbagai persoalan juga tidak memihak kepada siapapun. Dan bagi yang berbuat adil merupakan orang yang bijaksana.
Contoh Keadilan:
  Seorang koruptor yang memakan uang rakyat. Koruptor di tangkap dan dimasukan kepenjara selama 2 tahun tanpa ada goresan luka sedikit pun pada wajahnya. Hal tersebut mencerminkan bahwa hakim dan jaksa di indonesia tidak adil pada rakyat kecil yang dikarenakan mencuri dompet mendapatkan masa kurungan lebih dari sang koruptor, padahal koruptor lah yang mencuri uang rakyat lebih banyak dari pada pencopet itu. Bahkan koruptor bisa mendapatkan fasilitas yang istimewa bahkan seperti apartemen didalam penjara.
KEADILAN SOSIAL
  Seperti pancasila yang bermaksud keadilan sosial adalah langkah yang menetukan untuk melaksanakan Indonesia yang adil dan makmur. Setiap manusia berhak untuk mendapatkan keadilan yang seadil-adilnya sesuai dengan kebijakannya masing-masing.
5  Wujud keadilan sosial yang diperinci dalam perbuatan dan sikap:
  Dengan sila keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia manusia Indonesia menyadari hak dan kewajiban yang sama untuk untuk menciptakan keadilan sosial dalam kehidupan masyarakat Indonesia.
Selanjutnya untuk mewujudkan keadilan sosial itu, diperinci perbuatan dan sikap yang perlu dipupuk, yakni :
1. Perbuatan luhur yang mencerminkan sikap dan suasana kekeluargaan dan kegotongroyongan.
2. Sikap adil terhadap sesama, menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban serta menghormati hak-hak orang lain.
3. Sikap suka memberi pertolongan kepada orang yang memerlukan
4. Sikap suka bekerja keras.
5. Sikap menghargai hasil karya orang lain yang bermanfaat untuk mencapai kemajuan dan kesejahteraan bersama.
Asas yang menuju dan terciptanya keadilan sosial itu akan dituangkan dalam berbagai langkah dan kegiatan, antara lain melalui delapan jalur pemerataan yaitu :
1. Pemerataan pemenuhan kebutuhan pokok rakyat banyak khususnya pangan, sandang dan perumahan.
2.      Pemerataan memperoleh pendidikan dan pelayanan kesehatan.
3.      Pemerataan pembagian pendapatan.
4.      Pemerataan kesempatan kerja.
5.      Pemerataan kesempatan berusaha.
6.    Pemerataan kesempatan berpartisipasi dalam pembangunan khususnya bagi generasi muda dan  kaum wanita.
7.      Pemerataan penyebaran pembangunan di seluruh wilayah tanah air.
8.      Pemerataan kesempatan memperoleh keadilan.
BERBAGAI MACAM KEADILAN
a)   Keadilan Legal atau Keadilan Moral
  Plato berpendapat bahwa keadilan dan hukum merupakan substansi rohani umum dari masyarakat yang membuat dan menjaga kesatuannya. Dalam suatu masyarakat yang adil setiap orang menjalankan pekerjaan yang menurut sifat dasarnya paling cocok baginya (Than man behind the gun). Pendapat Plato itu disebut keadilan moral, sedangkan Sunoto menyebutnya keadilan legal.
b)   "Keadilan Distributif"
  Aristoles berpendapat bahwa keadilan akan terlaksana bilamana hal-hal yang sama diperlakukan secara sama dan hal-hal yang tidak sama secara tidak sama (justice is done when equals are treated equally) Sebagai contoh: Ali bekerja 10 tahun dan budi bekerja 5 tahun. Pada waktu diberikan hadiah harus dibedakan antara Ali dan Budi, yaitu perbedaan sesuai dengan lamanya bekerja. Andaikata Ali menerima Rp.100.000,-maka Budi harus menerima Rp. 50.000,-. Akan tetapi bila besar hadiah Ali dan Budi sama, justru hal tersebut tidak adil.
c)   Komutatif
  Keadilan ini bertujuan memelihara ketertiban masyarakat dan kesejahteraan umum. Bagi Aristoteles pengertian keadilan itu merupakan asas pertalian dan ketertiban dalam masyarakat. Semua tindakan yang bercorak ujung ekstrim menjadikan ketidak adilan dan akan merusak atau bahkan menghancurkan pertalian dalam masyarakat.
Contoh :
  Dr.Sukartono dipanggil seorang pasien, Yanti namanya, sebagai seorang dokter ia menjalankan tugasnya dengan baik. Sebaliknya Yanti menanggapi lebih baik lagi. Akibatnya, hubungan mereka berubah dari dokter dan pasien menjadi dua insan lain jenis saling mencintai. Bila dr. sukartono belum berkeluarga mungkin keadaan akan baik saja, ada keadilan komutatif. Akan tetapi karena dr. sukartono sudah berkeluarga, hubungan itu merusak situasi rumah tangga, bahkan akan menghancurkan rumah tangga. Karena Dr.Sukartono melalaikan kewajibannya sebagai suami, sedangkan Yanti merusak rumah tangga Dr.Sukartono.
KEJUJURAN
  Kejujuran atau jujur artinya apa yang dikatakan seseorang sesuai dengan hati nuraninya, apa yang dikatakannya sesuai dengan kenyataan yang ada. Sedang kenyataan yang ada itu adalah kenyataan yang benar-benar ada. Jujur juga berarti seseorang bersih hatinya dari perbuatan-perbuatan yang dilarang oleh agama dan hukum. Untuk itu dituntut satu kata dan perbuatan-perbuatan yang berarti bahwa apa yang dikatakan harus sama dengan perbuatannya. Karena itu jujur juga menepati janji atau kesanggupan yang terlampir melalui kata-kata ataupun yang masih terkandung dalam nuraninya yang berupa kehendak, harapan dan niat.
  Hakikat kejujuran dalam hal ini adalah hak yang telah tertetapkan, dan terhubung kepada Tuhan. Ia akan sampai kepada-Nya, sehingga balasannya akan didapatkan di dunia dan akhirat. Tuhan telah menjelaskan tentang orang-orang yang berbuat kebajikan, dan memuji mereka atas apa yang telah diperbuat, baik berupa keimanan, sedekah ataupun kesabaran. Bahwa mereka itu adalah orang-orang jujur dan benar. Dan pada hakekatnya jujur atau kejujuran dilandasi oleh kesadaran moral yang tinggi, kesadaran pengakuan akan adanya sama hak dan kewajiban, serta rasa takut terhadap kesalahan atau dosa.
KECURANGAN
  Kecurangan atau curang identik dengan ketidak jujuran atau tidak jujur, dan sama pula dengan licik, meskipun tidak serupa benar. Sudah tentu kecurangan sebagai lawan jujur.
Curang atau kecurangan artinya apa yang diinginkan tidak sesuai dengan hati nuraninya. Atau orang itu memang dari hatinya sudah berniat curang dengan maksud memperoleh keuntungan tanpa bertenaga dan usaha. Kecurangan menyebabkan manusia menjadi serakah, tamak, ingin menimbun kekayaan yang berlebihan dengan tujuan agar dianggap sebagai orang yang paling hebat, paling kaya dan senang bila masyarakat sekelilingnya hidup menderita.
Sebab-Sebab Seseorang Melakukan Kecurangan
Bermacam-macam sebab orang melakukan kecurangan, ditinjau dari hubungan manusia dengan alam sekitarnya ada empat aspek yaitu:
1.      Aspek ekonomi
2.      Aspek kebudayaan
3.      Aspek peradaban
4.      Aspek tenik
  Apabila ke empat aspek tersebut dilaksanakan secara wajar, maka segalanya akan berjalan sesuai dengan norma-norma moral atau norma hukum, akan tetapi apabila manusia dalam hatinya telah digerogoti jiwa tamak, iri, dengki, maka manusia akan melakukan perbuatan yang melanggar norma tersebut dan jadilah kecurangan. Tentang baik dan buruk Pujowiyatno dalam bukunya "filsafat sana-sini" menjelaskan bahwa perbuatan yang sejenis dengan perbuatan curang, misalnya berbohong, menipu, merampas, memalsu dan lain-lain adalah sifat buruk. Lawan buruk sudah tentu baik. Baik buruk itu berhubungan dengan kelakuan manusia. Pada diri manusia seakan –akan ada perlawanan antara baik dan buruk. Baik merupakan tingkah laku, karena itu diperlukan ukuran untuk menilainya, namun sukarlah untuk mengajukan ukuran penilaian mengenai halyang penting ini. Dalam hidup kita mempunyai semacam kesadaran dan tahulah kita bahwa ada baik dan lawannya pada tingkah laku tertentu juga agak mudah menunjuk mana yang baik, kalau tidak baik tentu buruk.
PEMULIHAN NAMA BAIK
  Nama baik merupakan tujuan utama orang hidup. Nama baik adalah nama yang tidak tercela. Setiap orang menajaga dengan hati-hati agar namanya baik. Lebih-lebih jika ia menjadi teladan bagi orang/tetangga disekitarnya adalah suatu kebanggaan batin yang tak ternilai harganya. Penjagaan nama baik erat hubungannya dengan tingkah laku atau perbuatan. Atau boleh dikatakan bama baik atau tidak baik ini adalah tingkah laku atau perbuatannya. Yang dimaksud dengan tingkah laku dan perbuatan itu, antara lain cara berbahasa, cara bergaul, sopan santun, disiplin pribadi, cara menghadapi orang, perbuatan-perbuatan yang dihalalkan agama dan sebagainya. Pada hakekatnya pemulihan nama baik adalah kesadaran manusia akan segala kesalahannya; bahwa apa yang diperbuatnya tidak sesuai dengan ukuran moral atau tidak sesuai dengan ahlak yang baik. Untuk memulihkan nama baik manusia harus tobat atau minta maaf. Tobat dan minta maaf tidak hanya dibibir, melainkan harus bertingkah laku yang sopan, ramah, berbuat darma dengan memberikan kebajikan dan pertolongan kepaa sesama hidup yang perlu ditolong dengan penuh kasih sayang , tanpa pamrin, takwa terhadap Tuhan dan mempunyai sikap rela, tawakal, jujur, adil dan budi luhur selalu dipupuk.
PEMBALASAN
  Pembalasan adalah suatu reaksi atas perbuatan orang lain. Reaksi itu dapat berupa perbuatan serupa, perbuatan yang seimbang, tingkah laku yang serupa, tingkah laku yang seimbang.
Dalam Al-Qur’an terdapat ayat-ayat yang menyatakan bahwa Tuhan mengadakan pembalasan. Bagi yang bertakwa kepada Tuhan diberikan pembalasan, dan bagi yang mengingkari perintah Tuhan pun diberikan pembalasan yang seimbang, yaitu siksaan di neraka. Pembalasan disebabkan oleh adanya pergaulan. Pergaulan yang bersahabat mendapatkan pembalasan yang bersahabat. Sebaliknya, pergaulan yang penuh kecurigaan, menimbulkan pembalasan yang tidak bersahabat pula.
Pada dasarnya, manusia adalah makhluk moral dan makhluk sosial. Dalam bergaul, manusia harus mematuhi norma-norma untuk mewujudkan moral itu. Bila manusia bermuat amoral, lingkunganlah yang menyebabkannya. Perbuatan amoral pada hakekatnya adalah perbuatan yang melanggar hak dan kewajiban manusia lain. Oleh karena itu manusia tidak menghendaki hak dan kewajibannya dilanggar, maka manusia berusaha mempertahankan hak dan kewajibannya itu. Mempertahankan hak dan kewajiban itu adalah pembalasan.

ILMU BUDAYA DASAR MANUSIA DAN PENDERITAAN

MANUSIA DAN PENDERITAAN


MANUSIA DAN PENDERITAAN
PENGERTIAN PENDERITAAN
  Penderitaan berasal dari kata derita. Kata derita berasal dari bahasa sansekerta dara artinya menahan atau menanggung. Derita artinya menanggung atau merasakan sesuatu yang tidak menyenangkan. Penderitaan dapat berupa penderitaan lahir atau batin atau lahir dan batin.  Penderitaan termasuk realitas manusia dan dunia. Intensitas penderitaan bertingkat-tingkat, ada yang berat, ada yang ringan.
  Namun peranan individu juga menentukan berat-tidaknya intensitas penderitaan. Suatu peristiwa yang dianggap penderitaan oleh seseorang belum tentu merupakan penderitaan bagi orang lain. Dapat pula suatu penderitaan merupakan energi untuk bangkit kembali bagi seseorang, atau sebagai langkah awal untuk mencapai kenikmatan dan kebahagiaan.Berbagai kasus penderitaan terdapat dalam kehidupan.
  Banyaknya macam kasus penderitaan sesuai dengan liku liku kehidupan manusia. Penderitaan fisik yang dialami manusia tentulah diatasi dengan cara medis untuk mengurangi atau menyembuhkannya, sedangkan penderitaan psikis, penyembuhan nya terletak paa kemampuan si penderita dalam menyelesaikan soal-soal psikis yang dihadapinya.
SIKSAAN
  Siksaan dapat diartikan sebagai siksaan badan atau jasmani, dan dapat juga berupa siksaan jiwa atau rohani. Akibat siksaan yang dialami seseorang, timbullah penderitaan. Siksaan yang sifatnya psikis bisa berupa : kebimbangan, kesepian, ketakutan. Ketakutan yang berlebih-lebihan yang tidak pada tempatnya disebut phobia.banyak sebab yang menjadikan seseorang merasa ketakutan antara lain : claustrophobia dan agoraphobia, gamang, ketakutan, kesakitan, kegagalan.
  Para ahli ilmu jiwa cenderung berpendapat bahwa phobia adalah suatu gejala dari suatu problema psikologis yang dalam, yang harus ditemukan, dihadapi, dan ditaklukan sebelum phobianya akan hilang. Sebaliknya ahli-ahli yang merawat tingkah lakupercaya bahwa suatu phobia adalah problem nya dan tidak perlu menemukan sebab-sebabnya supaya mendapatkan perawatan dan pengobatan. Kebanyakan ahli setuju bahwa tekanan dan ketegangan disebabkan oleh karena si penderita hidup dalam keadaan ketakutan terus menerus, membuat keadaan si penderita sepuluh kali lebih parah.
KEKALUTAN MENTAL
  Penderitaan batin dalam ilmu psikologi dikenal sebagai kekalutan mental. Secara lebih sederhana kekalutan mental adalah gangguan kejiwaan akibat ketidakmampuan seseorang menghadapi persoalan yang harus diatasi sehingga yang bersangkutan bertingkah laku secara kurang wajar.
Gejala permulaan bagi seseorang yang mengalami kekalutan mental adalah :
1. nampak pada jasmani yang sering merasakan pusing, sesak napas, demam, nyeri pada lambung
2. nampak pada kejiwaannya dengan rasa cemas, ketakutan, patah hati, apatis, cemburu, mudah marah
Tahap-tahap gangguan kejiwaan adalah :
1. Gangguan kejiwaan nampak pada gejala-gejala kehidupan si penderita baik jasmani maupun rohani.
2. Usaha mempertahankan diri dengan cara negatif
3. Kekalutan merupakan titik patah (mental breakdown) dan yang 3bersangkutan mengalami gangguan.
Sebab-sebab timbulnya kekalutan mental :
1. Kepribadian yang lemah akibat kondisi jasmani atau mental yang kurang sempurna.
2. Terjadinya konflik sosial budaya.
3. Cara pematangan batin yang salah dengan memberikan reaksi yang berlebihan terhadap kehidupan sosial.
Proses kekalutan mental yang dialami seseorang mendorongnya kearah positif dan negatif.
Positif; trauma jiwa yang dialami dijawab dengan baik sebgai usaha agar tetap survey dalam hidup, misalnya melakukan sholat tahajut, ataupun melakukan kegiatan yang positif setelah kejatuhan dalam hidupnya.
Negatif; trauma yang dialami diperlarutkan sehingga yang bersangkutan mengalami frustasi, yaitu tekanan batin akibat tidak tercapai nya apa yang diinginkan.
Bentuk frustrasi antara lain :
1. Agresi berupa kemarahan yang meluap-luap akibat emosi yang tak terkendali dan secara fisik berakibat mudah terjadi hipertensi atau tindakan sadis yang dapat membahayakan orang sekitarnya.
2. Regresi adalah kembali pada pola perilaku yang primitif atau ke kanak-kanakan
3. Fiksasi; adalah peletakan pembatasan pada satu pola yang sama (tetap) misalnya dengan membisu.
4. Proyeksi; merupakan usaha melemparkan atau memproyeksikan kelemahan dan sikap-sikap sendiri yang negatif kepada orang lain.
5. Identifikasi; adalah menyamakan diri dengan seseorang yang sukses dalam imaginasinya
6. Narsisme; adalah self love yang berlebihan sehingga yang bersangkutan merasa dirinya lebih superior dari paa orang lain.
7. Autisme; ialah menutup diri secara total dari dunia riil, tidak mau berkomunikasi dengan orang lain, ia puas dengan fantasi nya sendiri yang dapat menjurus ke sifat yang sinting.
Penderitaan kekalutan mental banyak terdapat dalam lingkungan seperti :
1. kota – kota besar
2. anak-anak muda usia
3. wanita
4. orang yang tidak beragama
5. orang yang terlalu mengejar materi
Apabila kita kelompokan secara sederhana berdasarkan sebab-sebab timbulnya penderitaan, maka penderitaan manusia dapat diperinci sebagai berikut :
1. Penderitaan yang timbul karena perbuatan buruk manusia.
2. Penderitaan yang timbul karena penyakit, siksaan/azab Tuhan
  Orang yang mengalami penderitaan mungkin akan memperoleh pengaruh bermacam-macam dan sikap dalam dirinya. Sikap yang timbul dapat berupa sikap positif ataupun sikap negative. Sikap negative misalnya penyesalan karena tidak bahagia, sikap kecewa, putus asa, atau ingin bunuh diri. Kelanjutan dari sikap negatif ini dapat timbul sikap anti, mislanya anti kawin atau tidak mau kawin, tidak punya gairah hidup, dan sebagainya. Sikap positif yaitu sikap optimis mengatasi penderitaan, bahwa hidup bukan rangkaian penderitaan, melainkan perjuangan membebaskan diri dari penderitaan dan penderitaan itu adalah hanya bagian dari kehidupan. Sikap positif biasanya kreatif, tidak mudah menyerah, bahkan mungkin timbul sikap keras atau sikap anti. Misalnya sifat anti kawin paksa, ia berjuang menentang kawin paksa, dan lain lain.
PENYEBAB MUNCULNYA PENDERITAAN
Penderitaan yang muncul karena perbuatan buruk manusia
  Menurut pandangan saya, penderitaan ini muncul disebabkan hubungan antara manusia dengan lingkungan sekitarnya baik dengan antar sesama manusia ataupun dengan alam. Penderitaan ini dapat muncul karena ketidak harmonisan antara elemen satu dengan yang lainnya. contohnya pada hubungan dalam bermasyarakat, ada kalanya didalam bermasyarakat terdapat perbedaan pendapat yang dapat menimbulkan perselisihan diantara satu dengan yang lainnya, hal ini bisa saja mengakibatkan timbulnya rasa dengki, marah, bahkan saling menuduh atau menjelek-jelekan. dari sinilah penderitaan muncul karena perbuatan saling tidak menyukai tersebut. dalam hal ini, penderitaan yang dialami adalah penderitaan secara batin karena terdapat rasa sakit hati apabila ada seseorang yang menjelek-jelekan bahkan rasa itu bisa saja semakin sakit apabila sudah terjadi pertengkaran yang membuat hubungan didalam masyarakat sudah tidak ada rasa nyaman dan aman. Selain karena ketidak harmonisan dengan sesama, ketidak harmonisan dengan alam juga dapat membawa penderitaan. contohnya apa yang sedang terjadi saat ini yaitu bencana alam terjadi dimana-mana. karena kesalahan manusia terhadap alam lah yang membuat alam menjadi tidak bersahabat lagi dengan manusia maka muncul lah penderitaan pada setiap orang yang terkena bencana alam. penderitaan yang dialami adalah penderitaan secara fisik dan batin, karena mereka yang terkena bencana alam harus rela kehilangan harta benda bahkan keluarga mereka.
Penderitaan yang muncul karena suatu penyakit/siksaan
  Penderitaan manusia dapat juga terjadi akibat penyakit atau siksaan / azab Tuhan. Namun kesabaran, tawakal, dan optimism dapat merupakan usaha manusia untuk mengatasi penderitaan itu. Banyak contoh kasus penderitaan semacam ini dialami manusia. Beberapa kasus penderitaan dapat diungkapkan berikut ini : Seorang anak lelaki buta sejak diahirkan, diasuh dengan tabah oleh orang tuanya. Ia disekolahkan, kecerdasannya luar biasa. Walaupun ia tidak dapat melihat dengan mata hatinya terang benderang. Karena kecerdasannya, ia memperoleh pendidikan sampai di universitas dan akhirnya memperoleh gelar doctor di Universitas Sourbone Perancis. Dia adalah Prof.Dr. Thaha Husen, guru besar Universitas di Kairo, Mesir.
HUBUNGAN MANUSIA DAN PENDERITAAN
  Allah adalah pencipta segala sesuatu yang ada di alam semesta ini. Dialah yang maha kuasa atas segala yang ada isi jagad raya ini. Beliau menciptakan mahluk yang bernyawa dan tak bernyawa. Allah tetap kekal dan tak pernah terikat dengan penderitaan.
Mahluk bernyawa memiliki sifat ingin tepenuhi segala hasrat dan keinginannya. Perlu di pahami mahluk hidup selalu membutuhkan pembaharuan dalam diri, seperti memerlukan bahan pangan untuk kelangsungan hidup, membutuh air dan udara. Dan membutuhkan penyegaran rohani berupa ketenangan. Apa bila tidak terpenuhi manusia akan mengalami penderitaan. Dan bila sengaja tidak di penuhi manusia telah melakukang penganiayaan. Namun bila hasrat menjadi patokan untuk selalu di penuhi akan membawa pada kesesatan yang berujung pada penderitaan kekal di akhirat.
  Manusia sebagai mahluk yang berakal dan berfikir, tidak hanya menggunakan insting namun juga pemikirannya dan perasaanya. Tidak hanya naluri namun juga nurani.
Manusia diciptakan sebagai mahluk yang paling mulia namun manusia tidak dapat berdiri sendiri secara mutlah. Manusia perlu menjaga dirinya dan selalu mengharapkan perlindungan kepada penciptanya. Manusia kadang kala mengalami kesusahan dalam penghidupanya, dan terkadang sakit jasmaninya akibat tidak dapat memenuhi penghidupanya.
Manusia memerlukan rasa aman agar dirinya terhidar dari penyiksaan. Karena bila tidak dapat memenuhi rasa aman manusia akan mengalami rasa sakit. Manusia selau berusaha memahami kehendak Allah, karena bila hanya memenuhi kehendak untuk mencapai hasrat, walau tidak menderita didunia, namun sikap memenuhi kehendak hanya akan membawa pada pintu-pintu kesesatan dan membawa pada penyiksaan didalam neraka.
Manusia didunia melakukan kenikmatan berlebihan akan membawa pada penderitaan dan rasa sakit. Muncul penyakit jasmani juga terkadang muncul dari penyakit rohani. Manusia mendapat penyiksaan di dunia agar kembali pada jalan Allah dan menyadari kesalahanya. Namun bila manusia tidak menyadari malah semakin menjauhkan diri maka akan membawa pada pederitaan di akhirat.
Banyak yang salah kaprah dalam menyikapi penderitaan. Ada yang menganhap sebagai menikmati rasa sakit sehingga tidak beranjak dari kesesatan. Sangat terlihat penderitaan memiliki kaitan dengan kehidupan manusia berupa siksaan, kemudian rasa sakit, yang terkadang membuat manusia mengalami kekalutan mental. Apa bila manusia tidak mampu melewati proses tersebut dengan ketabahan, di akherat kelak dapat menggiring manusia pada penyiksaan yang pedih di dalam neraka. Adapun akan lebih jelas akan dibahas sebagai berikut.
SUMBER :

ILMU BUDAYA DASAR MANUSIA DAN KEINDAHAN

MANUSIA DAN KEINDAHAN
1.    PENGERTIAN KEINDAHAN
       Keindahan berasal dari kata indah, artinya bagus, permai, cantik, elok, molek, dan sebagainya. Benda yang mempunyai sifat indah ialah segala hasil seni, (meskipun tidak semua hasil seni indah), pemandangan alamn (pantai, pegunungan, danau, bunga-bunga dilereng gunung), manusia (wajah, mata, bibir, hidung, rambut, kaki, tubuh), rumah (halaman, tatanan, perabotan rumah tangga, dan sebagainya), suara, warna, dan sebagainya. Kawasan keindahan bagi manusia sangat luas, seluas keaneragaman manusia dan sesuai  pula dengan perkembangan peradaban teknologi, sosial dan budaya. Karena itu dikatakan bahwa keindahan adalah bagia dari hidup manusia.
       Keindahan adalah identik dengan kebenaran. Keindahan adalah kebenaran, dan kebenaran adalah keindahan. Keduanya mempunyai nilai yang sama yaitu abadi, dan mempunyai daya tarik yang selalu  bertambah, yang tidak mengandung kebenaran berarti tak indah.
       Keindahan juga disebut universal, artinya tidak terikat oleh selera perorangan, waktu dan tempat, selera mode kedaerahan atau lokal.
a.         Apa keindahan itu ?
Berbicara tentang keindahan mau tak mau kita harus menengok jauh kebelakang yaitu zaman yunani kuna, abad ke-18. Pada saat itu pengertian keindahan telah dipelajari oleh para filsuf. Menurut The Liang Gie dalam bukunya “Garis Besar Estetik” (filsafat keindahan) dalam bahasa inggris keindahan itu diterjemahkan dengan kata ”beautiful”, perancis ”beau”, italia dan spanyol ”bello”, kata-kata itu berasal dari bahasa latin ”bellum”. Akar katanya adalah ”bonum” yang berarti kebaikan kemudian mempunyai bentuk pengecilan menjadi ”bonellum” dan terakhir di pendekkan sehingga di tulis ”bellum”.
Selain itu menurut luasnya dibedakan pengertian :
Keindahan dalam arti luas. Keindahan dalam arti estetik murni. Keindahan dalam arti terbatas dalam hubunganya dengan penglihatan. Selanjutnya The Liang Gie menjelaskan, bahwa keindahan dalam arti luas mengandung pengertian ide kebaikan. Misalnya plato menyebut watak yang indah dan hukum yang indah, sedangkan Aristoteles merumuskan keindahan sebagai sesuatu yang baik dan juga menyenangkan. Plotinus mengatakan tentang ilmu yang indah dan kebajikan yang indah. Orang yunani berbicara pula mengenai buah pikiran indah dan adat kebiasaan yang indah.
      Jadi pengertian seluas-luasnya meliputi :
1.    Keindahan seni
2.    Keindahan alam
3.    Keindahan moral
4.    Keindahan intelektual
Keindahan dalam arti estetik murni menyangkut pengalaman estetik seorang dalam hubunganya dengan segala sesuatu yang di serapnya.
Keindahan dalam arti terbatas, mempunyai arti yang lebih disempitkan sehingga hanya menyangkut benda-benda yang dapat diserap dengan penglihatan, yakni berupa keindahan bentuk dan warna. Jadi keindahan pada dasarnya adalah sejumlah kualita pokok tertentu yang terdapat pada suatu hal. Kualita yang sering disebut adalah kesatuan (unity), keseimbangan (balance), dan kebalikan (contarst). Dari ciri itu dapat di ambil kesimpulan, bahwa keindahan tersusun dari berbagai keselarasan dan kebalikan dari garis, warna, bentuk, nada, dan kata-kata.\
b.      Nilai entetik
Dalam rangka teori umum tentang nilai The Liang Gie menjelaskan bahwa, pengertian keindahan di anggap sebagai salah satu  jenis nilai seperti halnya nilai moral, nilai ekonomi, nilai pendidikan, dan sebagainya. Dalam ”Dictionary of Sociology and Related Science” di berikan rumusan tentang nilai sebagai berikut :
Kemampuan yang di anggap ada pada suatu benda yang dapat memuaskan keinginan manusia. Siffat dari suatu benda yang menarik minat seseorang atau suatu  kelompok.
Bahwa nilai adalah semata-mata adalah realita psikologi yang harus di bedakan secara tegas dari kegunaan, karena terdapat dalam jiwa manusia dan bukan pada hendaknya itu sendiri. Tentang nilai itu ada yang membedakan antara nilai subyektif dan obyektif, atau ada yang membedakan nilai perseorangan dan nilai kemasyarakatan. Tetapi penggolongan yang penting ialah nilai ekstrinsik dan intrinsik.
Nilai ekstrinsik adalah sifat baik dari suatu benda sebagai alat atau sarana untuk sesuatu hal (instrumental/ contributory value), yakni nilai yang bersifat sebagai alat atau membantu.
Nilai intrinsik adalah sifat baik dari benda yang bersangkutan, atau sebagai suatu tujuan, ataupun demi kepentingan benda itu sendiri.
Contoh :
1.      Puisi, bentuk puisi yang terdiri dari bahasa, diksi, baris, sajak, irama, itu disebut nilai ekstrinsik. Sedangkan pesan yang ingin disampaikan kepada pembaca melalu alat benda puisi tersebut disebut nilai intrinsik.
2.      Tari, tarian damarwulan-menakjinggo suatu tarian yang halus dan kasar dengan segala macam jenis pakaian dan gerak-geriknya adalah tari perang antara damar wulan-menakjinggo merupakan nilai ekstrinsik. Sedang pesan yang disampaikan oleh tarian itu ialah kebaikan melawan kejahtan merupakan nilai intrinsik.
c.        Apa Sebab Manusia Menciptakan Keindahan ?
Keindahan itu pada dasarnya adalah alamiah. Alam itu ciptaan tuhan. Ini berarti bahwa keindahan itu ciptaan tuhan. Alamiah itu artinya wajar, tidak berlebihan dan tidak pula kurang. Kalau pelikis wanita lebih cantik dari keadaan yang sebenarnya, justru tidak indah. Karena akan ada ucapan lebih cantik dari warna aslinya. Bila ada pemain drama yang berlebih lebihan, misalnya marah dengan meluap-luap padahal kesalahan kecil, atau karena kehilangan sesuatu yang tak berharga kemudian menangis meraung-raung, itu berarti tidak alamiah.
      Kesimpulan :
     Keindahan berasal dari kata indah berarti bagus, permai, cantik, molek dan sebagainya. Benda yang mengandung keindahan ialah segala hasil seni dan alam semesta ciptaan tuhan. Sangat luas kawasan keindahan bagi manusia. Karena itu kapan, dimana, dan siapa saja dapat menikmati keindahan.
     Keindahan identik dengan kebenaran. Keduanya memiliki nilai yang sama abadi dan mempunyai daya tarik yang selalu bertambah. Yang tidak mengandung kebenaran berarti tidak indah. Keindahan bersifat universal.
     Keindahan dalam arti estetik murni mencakup pengalaman estetik seseorang dalam hubunganya dengan segala sesuatu yang di serapnya. Keindahan dalam arti terbatas berupa keindahan bentuk dan warna.
     Definisi keindahan sangat luas, karena itu dalam estetika modern orang lebih suka berbicara tentang seni dan estetika, karena hal itu merupakan gejala kongkrit yang dapat di telaah dengan pengalaman secara empirik dan penguraian sistematik.
     Nilai estetik : nilai berarti kebenaran (worth) atau kebaikan (goodness). Nilai estetik sesuatu adalah semata-mata realita psikologik yang harus dibedakan secara tegas dari kegunaan, karena terdapat pada jiwa manusia dan bukan pada bendanya itu sendiri.
2.        MAKNA KEINDAHAN
Mejawab pertanyaan sekitar apa itu keindahan, boleh jadi merupakan pekerjaan yang sulit. Ini kalau yang di tuntut jawaban yang bisa memuaskan semua pihak. Kesulitan semacam itu memang bisa di mengerti oleh karena sampai sekarang ini kita bisa temukan berbagai batasan atau pengertian tentang keindahan yang celakanya, berada satu sama lain.
Sekedar penguat konstatasi di atas, baik juga di lihat beberapa persepsi tentang keindahan berikut ini :
1.    Keindahan adalah sesuatu yang mendatangkan rasa menyenangkan bagi yang melihat.
2.    Keindahan adalah keseluruhan yang merupakan susunan yang teratur dari bagian-bagian yang saling berhubungan satu sama lain, atau dengan keseluruhan itu sendiri.
3.    Yang indah hanyalah yang baik. Jika belum baik ciptaanya itu belum indah. Keindahan harus bisa memupuk perasaan moral. Jadi ciptaan-ciptaan yang amoral tidak bisa dikatakan indah, karena tidak dapat digunakan untuk memupuk moral.
4.    Keindahan dapat terlepas sama sekali dari kebaikan.
5.    Yang indah memiliki proporsi yang harmonis. Karena proporsi yang harmonis itu nyata, maka keindahan itu dapat di samakan dengan kebaikan. Jadi yang indah adalah nyata dan yang nyata adalah yang baik.
6.    Keindahan adalah sesuatu yang dapat mendatangkan rasa senang.
7.    Yang indah adalah yang paling banyak mendatangkan rasa senang, dan itu adalah yang dalam waktu sesingkat-singkatnya paling banyak memberikan pengalaman yang menyenangkan.
Dengan melihat demikian beragamnya pengertian keindahan, dan kita harus percaya bahwa yang di atas itu hanyalah sebagian kecil, boleh jadi akan mengecewakan kita yang menuntut adanya suatu pengertian yang tunggal tapi yang memuaskan. Namun demikian, dari pengertian yang ada, sebenarnya, kita bisa menempatkannya dalam kelompok-kelompok pengertian sendiri, paling tidak kita bisa menangkap arah atau kecenderungan dari suatu pengertian yang di kemukakan seseorang sesuai dengan pengelompokan-pengelompokan yang ada. Pengelompokan-pengelompokan yang dapat kita sebut adalah sebagai berikut :
1.         Pengelompokan pengertian keindahan berdasar pada titik pijak atau landasannya.
Dalam hal ini ada dua pengertian keindahan, yaitu yang bertumpu pada obyek dan subyek. Yang pertama, yaitu keindahan yang obyektif, adalah keindahan yang memang ada pada obyeknya sementara kita sebagai pengamat harus menerima sebagai semestinya. Sedang yang kedua, yang disebut keindahan subyektif adalah keindahan yang biasanya di tinjau dari segi subyek yang melihat dan menghayatinya.
2.         Pengelompokan pengertian keindahan dengan berdasarkan pada cakupanya.
Bertitik tolak dari landasan ini kita bisa membedakan antara keindahan sebagai kualitas abstrak dan keindahan sebagai sebuah benda tertentu yang indah.
3.         Pengelompokan pengertian keindahan berdasar luas sempitnya. Dalam pengelompokan ini kita bisa membedakan antara pengertian keindahan dalam arti luas, dalam arti estetik murni, dan dalam arti yang terbatas. Keindahan dalam arti luas, menurut The Liang Gie, mengandung gagasan tentang kebaikan.
Dari apa yang di kemukakan di atas, dua hal bisa kita petik, yaitu : pertama, keindahan menyangkut persoalan filsafati, sehingga jawaban terhadap apa itu keindahan sudah barang tentu bisa bermacam-macam. Kedua, keindahan sebagai pengertian mempunyai makna yang relatif, yaitu sangat tergantung pada subyeknya.
  
3.        RENUNGAN
            Renungan berasal dari kata renung, merenung artinya dengan diam-diam memikirkan sesuatu, atau memikirkan sesuatu dengan dalam-dalam. Renungan adalah hasil dari merenung.
            Setiap kegiatan untuk merenengkan atau m,engevaluasi segenap pengetahuan yang telah dimiliki dapat disebut berfilsafat. Pemikiran kefilsafatan mendasarkan diri kepada penalaran. Penalaran adalah proses berpikir yang logic dan analitik. Berpikir merupakan kegiatan untuk menyusun pengetahuan yang benar.
            Pemikiran kefilsafatan mempunyai 3 macam cirri, yaitu:
1.      Menyeluruh artinya pemikiran yang luas, bukan hanya di tinjau dari sudut pandangan tertentu.
2.      Mendasar artinya pemikiran yang dalam sampai kepada hasil yang fundamental (ke luar gejala), sehingga dapat dijadikan dasar berpijak bagi segenap keilmuan.
3.      Spekulatif artinya hasil pemikiran yang dapat di jadikan dasar untuk pemikiran-pemikiran selnjutnya. Hasil pemikirannya selalu dimaksudkan sebagai dasar untuk menjelajah wilayah pengetahuan yang baru.
Renungan atau pemikiran yang dibahas dalam makalah ini ialah yang berhubungan dengan keindahan. Setiap hasil seni lahir dari hasil renungan. Tanpa direnungkan hasil seni tidak mencapai keindahan.
Renungan atau pemikiran yang berhubungan dengan keindahan didasarkan atas tiga macam teori, ialah teori pengungkapan, teori metafisika, dan teori psikologis. Masing-masing teori itu ada tokohnya. Dalam teori pengungkapan dikatakan oleh Benedetto Croce, bahwa seni adalah pengungkapan kesan-kesan.
Dalam teori metafisika, Plato mendalilkan adanya dunia ide pada taraf yang tertinggi, sebagai realita ilahi itu. Sedangkan dalam teori psokologik dinyatakan bahwa sadar dari seorang seniman.
Dari teori permainan yang masih tergolong teori odikologik dengan tokohnya Freidrick Schiller dan Herbert Spencer, Schiller menyatakan bahwa asal mula seni adalah dorongan batin  untuk bermain-main ( play impulse ).
Dalam proses jiwa seniman pada waktu merenung dalam rangka menciptakan seni, menurut Keats selalu diliputi rasa ragu-ragu, takut, ketidaktentuan, misterius (negative capability). Selain daripada itu Keats menyatakan, bahwa untuk mengatasi ketakutan ialah berkuasanya hal-hal yang sesaat. Baginya hal-hal sesaat itu merupakan pelatuk yang meledakkan imajinasi, dan imajinasi ini yang membentuk konsep keindahan. Selanjutnya konsep keindahan adalah abstrak. Konsep itu baru berjkomunikasi setelah di beri bentuk.
4.    KESERASIAN
   Keserasian berasal dari kata serasi, serasi dari kata dasar rasi artinya cocok, sesuai, atau kena benar. Kata cocok sesuai atau kena mengandung unsur pengertian perpaduan, ukuran, dan seimbang. Perpaduan misalnya orang  berpakaian antara kulit dan warnanya yang dipakai cocok.
   Keserasian identik dengan keindahan. Sesuatu yang serasi tentu tampak indah dan yang tidak serasi tidak indah. Karena itu sebagian ahli piker berpendapat, bahwa keindahan ialah sejumlah kualita pokok tertentu yang terdapat pada suatu hal. Kualita yang paling sering disebut ialah kesatuan (unity), keselarasan (harmony), kesetangkupan (symmetry), keseimbangan (balance), dan perlawanan/pertentangan (contrast).
   Dalam keselarasan itu seseorang memiliki persaan seimbang, teng, dan mempunyai citrarasa akan sesuatu yang berakhir dan merasa hidup sesaat di tengah-tengah kesempurnaan yang menyenangkan hati dan ingin memperpanjangnya.
   Dalam mencipta seni ada dua teori, yakni teri obyektif, dan teori subyektif. Teori subyektif menyatakan bahwa keindahan itu adalah terciptanya nilai-nilai estetik yang merupakan kualita yang telah melekat pada benda itu.
   Dalam perimbangan sebagai cabang teori obyektif dinyatakan bahwa keindahan merupakan suatu kualita dari benda. Dalam seni ada 6 asas. Asas-asas itu ialah kesatuan total, tema, tema variasi, keseimbangan, perkembangan dan tata jenjang. Keserasian tidak ada hubungannya dengan kemewahahan. Sebab keserasian merupakan perpaduan warna, bentuk, dan ukuran. Atau keserasian merupakan pertentangan antara nada-nada tinggi rendah, keras-lembut, dan panjang-pendek.
5.    KEHALUSAN
            Kehalusan berasal dari kata halus artinya tidak kasar ( budi bahasa ) lembut, sopan, baik (budi bahasa), dan beradab. Kehalusan berarti sifat-sifat yang halus, kesopanan, dan atau keadaban.
            Halus bagi manusia itu sendiri ialah berupa sikap, yakni sikap halus. Sikap halus adalah sikap lembut dalam menghadapi orang. Lembut dalam mengucapkan kata-kata, lembut dalam roman muka, lembut dalam sikap anggota badan lainnya.
            Halus itu berarti suatu sikap manusia dalam pergaulan baik dalam masyarakat kecil maupun dalam masyarakat luas.
6.    KEINDAHAN
   Keindahan yang bersifat jasmani dimaksudkan ialah keindahan yang dapat “menyenangkan”  atau “memuaskan” indera manusia; baik indera penglihat maupun indera pendengar. Keindahan yang bersifat rohani dimaksudkan keindahan yang dapat “menyenangkan” atau “memuaskan” batin manusia. Tetapi perlu segera dipahami bahwa walaupun secara material keduanya dapat di bedakan secara esensial keduanya tidak dapat dipisahkan. Karena pada akhirnya “unsure kemanusiaan itulah yang harus menjadi penentunya.
   Kodrat manusia mendambakan sesuatu yang baik, yang dapat menyempurnakan kemanusiaannya. Keindahan bagi manusia sebenarnya bukan sekedar sesuatu yang harus diusahakan adanya. Pada hakikatnya manusia di tuntut untuk menciptakan keindahan itu, sebab seperti kata John Kets (Andy Zoeltom, 1984) “a thing of beauty is a joy forever”.
   Persepsi manusia terhadap keindahan antara yang satu dengan yang lain itu tidak sama.  Sebab persepsi manusia terhadap keindahan sangat ditentukan oleh daya penggerak yang menjadi sumber timbulnya kehendak atau keinginan terhadap keindahan itu sendiri. Persepsi keindahan yang muncul dari akal dan budi dapatlah disebut sebagai keindahan dalam arti yang sebenarnya. Sedangkan keindahan yang muncul dari dorongan nafsu  merupakan keindahan semu.
   Keindajhan tak akan lepas dari pengertian obyektif maupun subyektif. Secara asasai keindahan obyektif  ada pada sesuatu benda atau barang. Sifatnya abadi dan universal, selama benda itu belum berubah dari keadaan semula. Keindahan subyektif sangat bergantung kepada selera perorangan, karena memang sangat relative. Ia bersumber dari asas kegunaan benda tadi bagi masing-masing individu.
   Menurut John Kets, keindahan obyektif disamaka dengan kebenaran. Keindahan adalah kebenaran, dan kebenaran adalah keindahan. Sebab keduanya memiliki nilai yang sama, yaitu universal dan abadi. Jelasnya, tidak ada keindahan jika tidak mengandung kebenaran, dan yang tidak mengandung kebenaran tidak indah. Seseorang disebut sebagai orang yang berpribadi mulia, bila orang tadi memilki rasa keindahan atau minatnya terhadap keindahan cenderung terhadap keindahan obyektif.